AKU
Karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Kutahu tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka yang bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Deru Campur Debu, 1959:7) ===>> Ini adalah Puisi
Sementara itu, simaklah karya sastra berikut ini, kami berharap anda langsung paham perbedaannya
Syair Siti Zubaedah
Inilah pesan dagang yang lata
kepada sekalian adik dan kakak
membaca syair jangan dikata
karena tulisan terlalu leta
Pesan kedua ikhlas di hati
kepada sekalian encik dan siti
pikirkan kisah dengan seperti
dari awal akhir ditamati
Encik dan tuan lebai dan haji
jika tuan berkehendak membeli
syair dan kitab banyak sekali
harganya murah tiada terperi ======>>> Ini adalah Syair
Perbedaan Puisi dan Syair
Berdasarkan salah satu contoh di atas, jelaslah bahwa puisi dan syair sangat jauh berbeda. Perbedaan utama terdapat pada bahasa. Puisi menggunakan bahasa Indonesia sedangkan syair bahasa Melayu lama. Namun, keduanya memiliki persamaan yakni bahasa yang digunakan bersifat kiasan, konotatif, dan mengandung unsur metafora. Artinya, katakata dalam puisi dan syair dipilih secara cermat sehingga memiliki makna yang lebih dalam, bukan makna sebenarnya dan multitafsir. Bahasanya yang konotatif dan berkias itu membuat bahasa puisi menjadi indah dan menarik untuk dihayati maknanya. Proses penghayatan terhadap puisi sehingga pembaca merasa memperoleh kenikmatan ketika membaca puisi termasuk salah satu proses apresiasi terhadap puisi.